Doa Sayyidatina ‘Aisyah RA Saat Kesusahan
Setiap manusia punya masa sulit. Masa yang membuatnya merasa terpuruk. Tak terkecuali orang-orang mulia. Iya! Pernah wanita mulia, cantik nan cerdas dan menjadi kekasih Rasulullah shallallahu alayhi wasallam, Sayyidatina Aisyah radhiyallahu anha, susah luar biasa. Kesusahannya sampai tidak terpendam. Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu yang menjadi pembantu rumahtangganya, mendekat, berusaha menghibur.
“Yang dekat maupun jauh, telah mendiamkanku” keluh Sayyidatina Aisyah, “Hingga kucingpun tak mau menyapaku. Tak ada yang menawariku makanan dan minuman Hhhh …”
Sahabat Anas yang didekatknya hanya terdiam. Mendengarkan kata perkata ungkapan hati junjungannya.
“Namun. Tadi malam. Setelah tak bisa tidur karena lapar. Akhirnya bisa juga terlelap. Aku mimpi bertemu seorang pemuda. Ia berkata: ‘Apa yang membuatmu susah?’. ‘Ah, sebab perkataan manusia’ jawabku. Lalu iapun menimpali: ‘Coba, berdoalah dengan kalimat-kalimat ini. Insya Allah kesusahanmu akan hilang’. ‘Bagaimana lafadz doa itu?’ tanyaku. Kemudian ia berkata: Bacalah ini:
يا سابغ النعم، ويا دافع النقم، ويا فارج الغمم، ويا كاشف الظلم، ويا أعدل من حكم، ويا حسيب من ظلم، ويا ولي من ظلم، ويا أول بلا بداية، ويا آخر بلا نهاية، ويا من له اسم بلا كنية، أجعل لي من أمري فرجا ومخرجا. (حياة الحيوان الكبرى (2/ 520) باب الهر)
Yaa Sabighan-Niami, Wa Yaa Daafi’an-Niqami, Wa Yaa Faarijal-ghumami, Wa Yaa Kasyifadz-Dzulmi. Wa Yaa A’dala man hakama, Wa Yaa Hasiiba man dzalama, Wa Yaa Waliyya man dzulima, Wa Yaa Awwalu bila bidaayatin. Wa Yaa Akhiru bila nihaayatin, Wa Yaa man lahu ismun bila kunyatin. Ij’al lii min amri farajan wa makhrajan.”
‘Wahai Dzat yang menyempurnakan kenikmatan-kenikmatan. Wahai Dzat yang menolak segala siksa dan hukuman. Wahai Dzat yang menghalau segala kesedihan. Wahai Penyibak kegelapan. Wahai Pemutus hukum paling adil. Wahai Dzat yang menghisab orang dzalim. Wahai Dzat yang menjadi wali/pelindung orang yang didzalimi. Wahai Yang terawal tanpa permulaan. Wahai yang terakhir tanpa batas. Wahai Dzat yang bernama tanpa kunyah (Tanpa awalan Abu). Jadikan urusanku ini lapang dan ada jalan keluar’”
“Lalu aku terbangun dengan keadaan segar bugar dan kenyang. Dan sungguh! Allah telah menurunkan pembebasannya padaku dan melapangkan dadaku” pungkas Sayyidatina Aisyah radhiyallahu anha.
Wallahu A’lam bis-Shawaab.
Disunting dari kitab Hayatul Hayawan Imam Daamiri bab al-Hirr dengan sedikit penyesuaian bahasa.
@roberts azmi
Setiap manusia punya masa sulit. Masa yang membuatnya merasa terpuruk. Tak terkecuali orang-orang mulia. Iya! Pernah wanita mulia, cantik nan cerdas dan menjadi kekasih Rasulullah shallallahu alayhi wasallam, Sayyidatina Aisyah radhiyallahu anha, susah luar biasa. Kesusahannya sampai tidak terpendam. Sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu yang menjadi pembantu rumahtangganya, mendekat, berusaha menghibur.
“Yang dekat maupun jauh, telah mendiamkanku” keluh Sayyidatina Aisyah, “Hingga kucingpun tak mau menyapaku. Tak ada yang menawariku makanan dan minuman Hhhh …”
Sahabat Anas yang didekatknya hanya terdiam. Mendengarkan kata perkata ungkapan hati junjungannya.
“Namun. Tadi malam. Setelah tak bisa tidur karena lapar. Akhirnya bisa juga terlelap. Aku mimpi bertemu seorang pemuda. Ia berkata: ‘Apa yang membuatmu susah?’. ‘Ah, sebab perkataan manusia’ jawabku. Lalu iapun menimpali: ‘Coba, berdoalah dengan kalimat-kalimat ini. Insya Allah kesusahanmu akan hilang’. ‘Bagaimana lafadz doa itu?’ tanyaku. Kemudian ia berkata: Bacalah ini:
يا سابغ النعم، ويا دافع النقم، ويا فارج الغمم، ويا كاشف الظلم، ويا أعدل من حكم، ويا حسيب من ظلم، ويا ولي من ظلم، ويا أول بلا بداية، ويا آخر بلا نهاية، ويا من له اسم بلا كنية، أجعل لي من أمري فرجا ومخرجا. (حياة الحيوان الكبرى (2/ 520) باب الهر)
Yaa Sabighan-Niami, Wa Yaa Daafi’an-Niqami, Wa Yaa Faarijal-ghumami, Wa Yaa Kasyifadz-Dzulmi. Wa Yaa A’dala man hakama, Wa Yaa Hasiiba man dzalama, Wa Yaa Waliyya man dzulima, Wa Yaa Awwalu bila bidaayatin. Wa Yaa Akhiru bila nihaayatin, Wa Yaa man lahu ismun bila kunyatin. Ij’al lii min amri farajan wa makhrajan.”
‘Wahai Dzat yang menyempurnakan kenikmatan-kenikmatan. Wahai Dzat yang menolak segala siksa dan hukuman. Wahai Dzat yang menghalau segala kesedihan. Wahai Penyibak kegelapan. Wahai Pemutus hukum paling adil. Wahai Dzat yang menghisab orang dzalim. Wahai Dzat yang menjadi wali/pelindung orang yang didzalimi. Wahai Yang terawal tanpa permulaan. Wahai yang terakhir tanpa batas. Wahai Dzat yang bernama tanpa kunyah (Tanpa awalan Abu). Jadikan urusanku ini lapang dan ada jalan keluar’”
“Lalu aku terbangun dengan keadaan segar bugar dan kenyang. Dan sungguh! Allah telah menurunkan pembebasannya padaku dan melapangkan dadaku” pungkas Sayyidatina Aisyah radhiyallahu anha.
Wallahu A’lam bis-Shawaab.
Disunting dari kitab Hayatul Hayawan Imam Daamiri bab al-Hirr dengan sedikit penyesuaian bahasa.
@roberts azmi
No comments:
Post a Comment