Friday, May 31, 2019

Peta 3 Dimensi Kondisi Kota Mekah Dijaman Nabi Hidup

Seorang mantan perwira militer Kuwait membuat peta 3 dimensi kondisi kota Mekah dijaman Nabi Muhammad SAW masih hidup. Dia membuat riset panjang selama 10 tahun berdasarkan sumber sejarah valid dan riwayat sehingga sampai dengan pembuatan peta situasi kota itu ditahun 600 M.

Versi Indonesia





Versi Inggris





Tuesday, May 28, 2019

Obat Sakit Dari Air Hujan

OBAT DARI NABI MUHAMMAD SAW
1. air hujan
2. bacakan alfatihah,alikhlash, alfalaq, annas dan ayat kursi masing2 70x
3. minum air hujan yang telah dibacakan setiap pagi dan sore selama 7hari

KHASIAT : mengobati segala penyakit baik medis atau non medis, bahkan bagi yg belum memiliki keturunan dengan izin Allah bisa dapat memilikinya

IG: abdurrahmanhasanhabsyi


Sunday, May 26, 2019

TUNTUNAN ZAKAT FITRAH

TUNTUNAN ZAKAT FITRAH

Oleh: Abdullah Saleh Hadrami

Hukum Zakat Fitrah:

Zakat fitrah adalah adalah salah satu kewajiban yang ditetapkan Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam ketika selesai melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.
Berkata sahabat Abdullah bin Umar –Radhiallahu ‘Anhuma: “Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam mewajibkan zakat fitrah dari bulan Ramadhan atas hamba sahaya, orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak kecil dan orang dewasa diantara kaum muslimin.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jenis dan Kadar Yang Dikeluarkan:

Zakat fitrah adalah mengeluarkan satu shaa’ (sekitar 2,5 kg) makanan pokok manusia. Berkata sahabat Abu Sa’id Al-Khudri –Radhiallahu ‘Anhu: “Kami mengeluarkan pada hari raya iedul fitri pada masa Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam satu shaa’ daripada makanan. Dan makanan kami saat itu adalah gandum sya’ir, anggur kering (kismis), susu yang dikeringkan dan kurma.” (HR. Bukhari).

Selain Makanan Pokok Tidak Sah:

Tidak sah mengeluarkannya dalam bentuk nilai makanan seperti: uang, pakaian, makanan pokok binatang dan barang-barang lainnya karena hal ini menyalahi perintah Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa menciptakan hal-hal baru dalam urusan kami ini (dalam urusan agama dan syari’at) apa yang bukan (berasal) darinya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak atas dasar urusan kami, maka ia (amalan tersebut) tertolak.”

Yang Wajib Mengeluarkan Zakat Fitrah:

Yang wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah orang yang mempunyai kelebihan dari nafkah kebutuhannya untuk hari ied dan malamnya.
Seseorang wajib mengeluarkannya untuk dirinya sendiri dan untuk orang-orang yang berada dalam tanggungannya seperti isteri dan kerabat jika mereka tidak mampu mengeluarkannya untuk diri mereka sendiri, namun jika mereka mampu maka yang lebih afdhal adalah mereka mengeluarkannya sendiri.

Waktu Mengeluarkan dan Hikmahnya:

Zakat fitrah wajib dikeluarkan sebelum shalat ied dan yang afdhal mengeluarkannya pada hari ied sebelum melaksanakan shalat ied. Diperbolehkan mengeluarkannya pada satu atau dua hari sebelum ied sebagaimana dilakukan oleh Ibnu Umar –Radhiallahu ‘Anhuma. Tidak sah apabila dikeluarkan setelah shalat ied berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas –Radhiallahu ‘Anhuma, bahwasanya Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak berguna dan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat (ied), ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat (ied), ia menjadi sedekah biasa.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dll dengan sanad sahih).

Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah:

Yang berhak menerima zakat fitrah adalah fakir miskin saja dan bukan delapan golongan sebagaimana zakat-zakat lainnya berdasarkan hadis diatas, “Sebagai makanan bagi orang-orang miskin”.
Boleh diberikan beberapa zakat fitrah kepada seorang miskin dan boleh pula zakat fitrah yang diterimanya dipergunakan untuk membayarkan zakat fitrahnya sendiri dan orang-orang yang dalam tanggungannya.

Masalah:

Waktu wajibnya zakat fitrah adalah terbenamnya matahai malam ied karena saat itu adalah waktu seseorang berbuka dan selesai (tuntas) mengerjakan ibadah puasa bulan Ramadhan. Oleh sebab itu:
– Apabila seseorang meninggal dunia sebelum matahari terbenam malam ied maka tidak diwajibkan atasnya zakat fitrah.
– Jika seseorang meninggal dunia setelah matahari terbenam malam ied maka wajib atasnya zakat fitrah.
– Jika bayi lahir setelah matahari terbenam malam ied maka tidak wajib atasnya zakat fitrah.
– Jika bayi lahir sebelum matahari terbenam malam ied maka wajib atasnya zakat fitrah.

Rujukan:
– “Majalis Syahr Ramadhan” Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin.
– “Fhushul fi Ash-Shiyam wa At-Tarawih wa Az-Zakah” Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin.
– “Shifat Shoum Nabi Fi Ramadhan” Karya Salim bin Ied Al-Hilali dan Ali Hasan Ali Abdul Hamid.
– “Zaadul Ma’aad” Karya Ibnul Qayyim.
– “Bulughul Maraam” Karya Ibnu Hajar, dll.

http://www.hatibening.com/2007/09/tuntunan-zakat-fitrah/

Friday, May 24, 2019

I'tikaf di 10 Hari Terakhir Ramadhan

SEPUTAR PERMASALAHAN I’TIKAF

1. Hikmahnya

Al-Allamah Ibnul Qayyim –raqhimahullah berkata: “Dan (Allah) syari’atkan i’tikaf bagi mereka yang mana maksudnya serta ruhnya adalah berdiamnya hati kepada Allah dan kumpulnya hati kepada Allah, berkhalwat denganNya dan memutuskan (segala) kesibukan dengan makhluk, hanya menyibukkan diri kepada Allah semata.”

Belaiu juga menyebutkan diantara tujuan i’tikaf adalah agar supaya kita bertafakkur (memikirkan) untuk selalu meraih segala yang mendatangkan ridha Allah dan segala yang mendekatkan diri kepadaNya dan mendapatkan kedamaian bersama Allah sebagai persiapan kita menghadapi kesepian di alam kubur kelak.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin –rahimahullah berkata: “Tujuan dari pada i’tikaf adalah memutuskan diri dari manusia untuk meluangkan diri dalam melakukan ketaatan kepada Allah di dalam masjid agar supaya meraih karunia dan pahala serta mendapatkan lailatul qadar. Oleh sebab itu hendaklah seorang yang beri’tikaf menyibukkan dirinya dengan berdzikir, membaca (Al-Qur’an), shalat dan ibadah lainnya. Dan hendaklah menjauhi segala yang tidak penting dari pada pembicaraan masalah dunia, dan tidak mengapa berbicara sedikit dengan pembicaraan yang mubah kepada keluarganya atau orang lain untuk suatu maslahat, sebagaimana hadis Shafiyyah Ummul Mukminin –radhiallahu anha berkata: “Bahwasanya Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf lalu aku mengunjunginya pada suatu malam dan berbincang dengannya, kemudian aku bangkit untuk pulang lalu Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bangkit bersamaku (mengantarkanku).” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Makna I’tikaf

Yaitu berdiam (tinggal) di atas sesuatu. Dan dapat dikatakan bagi orang-orang yang tinggal di masjid dan menegakkan ibadah di dalamnya sebagai mu’takif dan ‘akif (orang yang sedang i’tikaf).

3. Disyari’atkannya I’tikaf dan Waktunya

Disunnahkan pada bulan Ramadhan dan bulan yang lainnya sepanjang tahun. Telah shahih bahwa Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf pada sepuluh (hari) terakhir di bulan Syawwal. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan sahabat Umar –Radhiallahu ‘Anhu pernah bertanya kepada Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini pernah bernadzar pada jaman jahiliyyah (dahulu), (yaitu) aku akan beri’tikaf semalam di Masjidil Haram ?” Beliau –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda, “Tunaikanlah nazarmu.” Maka ia (Umar) beri’tikaf semalam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis sahabat Umar ini adalah dalil bahwa i’tikaf boleh dilakukan diluar bulan Ramadhan dan tanpa melakukan puasa, karena i’tikaf dan puasa adalah dua ibadah yang terpisah dan tidak disyaratkan untuk menggabungkan keduanya, ini adalah pendapat yang benar. Diperbolehkan pula i’tikaf beberapa saat (tidak dalam waktu lama). (“Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’”, Karya Syaikh Utsaimin 6/508-509 dan 6/511..)

Yang paling utama adalah pada bulan Ramadhan, berdasarkan hadits Abu Hurairah –Radhiallahu ‘Anhu , bahwasanya Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf pada setiap Ramadhan selama sepuluh hari dan manakala tiba tahun yang dimana beliau diwafatkan, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari)

Dan yang lebih afdhal lagi adalah pada akhir bulan Ramadhan, karena Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf pada sepuluh (hari) terakhir di bulan Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkan beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)

Seseorang yang berniat i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hendaklah memulai i’tikafnya pada hari keduapuluh Ramadhan sebelum matahari terbenam, jadi malam pertamanya adalah malam keduapuluh satu Ramadhan.
(Lihat “Al-Mughni”, Ibnu Qudamah 4/489-491, “Mukhtashar Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab” An-Nawawi 6/211, “Fiqhus Sinnah”, Sayyid Sabiq 1/622-623, dan “Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’”, Karya Syaikh Utsaimin 6/521)

4. Hendaklah I’tikaf Dilakukan di Masjid sebagaimana firman Allah Ta’ala: “…dan janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS. Al-Baqarah: 187).

Ayat tersebut juga dalil atas diharamkannya jima’ dan segala pendahuluannya –seperti mencium dan meraba dengan syahwat- bagi orang yang i’tikaf.

I’tikaf boleh dilakukan di semua masjid, akan tetapi yang paling afdhal adalah i’tikaf di tiga masjid (Masjil Haram Mekkah kemudian Masjid Nabawi Madinah kemudian Masjdil Aqsha Palestina) sebagaimana sabda Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam: “Tidak ada i’tikaf (yang lebih sempurna dan afdhal) kecuali di tiga masjid (tersebut).”
(HR. AbduR Razzaq dalam “Al-Mushannaf” (8037) dengan sanad sahih. Lihat “Shifat Shoum Nabi“ hlm 93 dan gabungkan dengan “Asy-Syarhul Mumti’ ‘ala Zadil Mustaqni’”, Karya Syaikh Utsaimin 6/505)

5. Wanita Boleh Beri’tikaf di Masjid

Wanita diperbolehkan i’tikaf di masjid bersama suaminya atau sendirian, sebagaimana dikatakan Aisyah –radhiallahu anha : “Bahwasanya Nabi –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam beri’tikaf sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sehingga Allah mewafatkan beliau, kemudian isteri-isteri beliau beri’tikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani –rahimahullah berkata: “Dalam hadis tersebut ada dalil bahwa boleh wanita beri’tikaf. Dan tidak diragukan lagi bahwa hal itu terikat oleh ijin dari wali mereka, aman dari fitnah (hal-hal yang tidak di inginkan) dan tidak terjadi kholwah (berdua-duan) dengan laki-laki berdasarkan dalil-dalil yang banyak tentang hal tersebut dan juga kaidah fiqih: Menolak kerusakan adalah didahulukan daripada mendatangkan kebaikan.”

6. Tidak Keluar dari Masjid Kecuali Seperlunya

Hendaklah orang yang i’tikaf tidak keluar dari masjid selama ’tikaf kecuali seperlunya, sebagaimana dikatakan Aisyah –radhiallahu anha: “Yang sunnah bagi orang i’tikaf adalah tidak keluar kecuali untuk perkara yang mengharuskannya keluar.” (HR. Al-Baihaqi dengan sanad sahih)

Aisyah berkata pula: “Bahwasanya Rasulullah–Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam apabila i’tikaf tidak masuk rumah kecuali karena hajat manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Keluar dari masjid ketika ’tikaf ada tiga macam:

a). Keluar untuk suatu perkara yang merupakan keharusan seperti, buang air besar dan kecil, berwudhu dan mandi wajib atau lainnya seperti makan dan minum, ini adalah boleh apabila tidak memungkinkan dilakukan di dalam masjid.

b). Keluar untuk perkara ketaatan seperti, menjenguk orang sakit dan mengantarkan jenazah, hal ini tidak boleh dilakukan kecuali apabila dia telah berniat dan mensyaratkannya di awal i’tikaf.

c). Keluar untuk perkara yang menafikan i’tikaf seperti, untuk jual beli, jima’ dan bercumbu dengan isterinya dan semacam itu, hal ini tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan i’tikaf dan menafikan maksud dari i’tikaf. (“Majalis Syahr Ramadhan” hlm 160. Karya Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin -Rahimahullah)

[Sumber; Kitab 'Fiqh Ramadhan', karya Abdullah Sholeh Hadrami]

http://www.hatibening.com/2007/08/seputar-permasalahan-itikaf/

Thursday, May 23, 2019

Tanda Mendapatkan Lailatul Qadar: Mendadak Menangis

Tanda Mendapatkan Lailatul Qadar: Mendadak Menangis

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang paling dicari oleh kaum muslim terutama ketika melakukan itikaf di 10 hari terakhir puasa. Masalahnya menjadi sangat kompleks dan susah dipahami karena tidak semua orang yang sengaja itikaf 10 hari diakhir ramadhan lantas "in touch" mendapatkan keberkahan malam 1000 bulan ini. Ini sebuah rahasia besar dan tidak semua orang paham ini.

Banyak pertanyaan, apakah memang ada tanda konkret yang kita bisa rasakan saat memperoleh malam lailatul qadar? Dari banyak penjelasan dan riwayat, ternyata ada satu ciri khas seseorang memperoleh malam mulia ini dengan tanda: dia mendadak menangis.
Menangis itu juga sebuah tanda lain ketika kita sampai tahap mencintai Nabi Muhammad SAW dan merindukan dia. Tanda sederhana ini menunjukan indikasi sederhana bagaimana kita makin dekat dengan Nabi.

Silahkan disimak video dibawah ini.



Sunday, May 19, 2019

Kisah Lucu: Menjadi Wali Karena Istri Cerewet Nyebelin

Kisah Lucu: Menjadi Wali Karena Istri Cerewet Nyebelin

Gus Baha menceritakan kisah beberapa orang yang mencapai tingkat tinggi dekat sama Allah (wali Allah) dan diberi keistimewaan karena hidupnya dirumah dilabrak sama istrinya yang nyebelin. Jadi, buat yang punya bini nyebelin, jangan keburu ngamuk, bisa jadi itu ujian Allah untuk mencapai tingkat ketaatan lebih tinggi dari Allah.









Saturday, May 18, 2019

Memuji Allah Atas Semua Kebahagiaan dan Musibah

Memuji Allah Atas Semua Kebahagiaan dan Musibah

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat (mendapatkan) sesuatu yang dia sukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

‘[Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat] Segala puji hanya milik Allahyang dengan segala nikmatnya segala kebaikan menjadi sempurna.’
Dan ketika beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

‘[Alhamdulillah ala kulli hal] Segala puji hanya milik Allah atas setiap keadaan’.” (HR. Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)

Keadaan terakhir inilah tingkatan tertinggi dalam mengahadapi musibah yaitu seseorang malah mensyukuri musibah yang menimpa dirinya. Keadaan seperti inilah yang didapati pada hamba Allah yang selalu bersyukur kepada-Nya, dia melihat bahwa di balik musibah dunia yang menimpanya ada lagi musibah yang lebih besar yaitu musibah agama. Dan ingatlah musibah agama tentu saja lebih berat daripada musibah dunia karena azab (siksaan) di dunia tentu saja masih lebih ringan dibandingkan siksaan di akhirat nanti. Karena musibah dapat menghapuskan dosa, maka orang semacam ini bersyukur kepada Allah karena dia telah mendapatkan tambahan kebaikan.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah rasa capek, rasa sakit (yang terus menerus), kekhawatian, rasa sedih, bahaya, kesusahan menimpa seorang muslim sampai duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan musibah tersebut.” (HR. Bukhari no. 5641)



Thursday, May 16, 2019

Nabi Cinta Kita dan Menangis Semalaman Untuk Kita Semua

Nabi Muhammad SAW berbeda dengan Nabi Nuh
Nabi Nuh jengkel dengan umatnya yg membangkang dan meminta Allah memusnahkan mereka semua. Sedangkan Nabi Muhammad saat dilempar batu malahan berdoa meminta mereka diberi hidayah, jika ayah ibunya mmg tidak mau hirah maka semoga anak cucu mereka kelak mau menerima iman Islam.
Doa nabi terbukti. Abu Jahal sekalipun sudah ditegaskan Al Quran masuk neraka, toh anak anaknya mau hijrah dan menjadi sahabat setia Rasulullah Muhammad SAW.

Cinta Nabi begitu elok dan besar kepada kita....
Kenapa kita lupa memperbanyak shalawat kepada dia?
Semakin banyak shalawat kepada Rasulullah maka kelak dia akan mengenali kita dihari kiamat. Semakin sering kita "mengetuk pintu" Muhammad SAW, maka dia akan semakin kenal dengan kita. Semakin jarang kita menyapa dia, maka dia tidak akan kenal kita.


--------------

Rasulullah Pernah Menangis Selama 6 Jam Lantaran Berdoa, Masha Allah ini Doa Beliau Untuk Umatnya (Merinding Bacanya)

Pernah satu saat Rasulullah menangis semalaman. Apa yang bikin beliau menangis semalaman?

Beliau menangis lantaran dalam shalatnya beliau membacakan Al-Quran Surat Al-Ma’idah 5 ayat 118 yang bercerita doa untuk umatnya, untuk kita.

Beliau sholat sembari menangis sampai saat subuh tiba. Beliau selalu mengulang-ulang ayat ini:

“Jika Engkau siksa mereka, sebenarnya mereka yaitu hamba-hamba-Mu, apabila Engkau mengampuni mereka, sebenarnya Engkau Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana

Lalu beliau memanjatkan ke-2 tangan seraya berdoa,

“Ya Allah, umatku … umatku …” Lantas beliau menangis tersedu-sedu

Allah Ta’ala berkata pada Jibril, “Wahai Jibril, pergi serta temuilah Muhammad. Tuhanmu maha tahu. Saat ini tanyakan padanya, mengapa dia menangis?
.
Jibril menjumpai Rasulullah Saw untuk bertanya sebab musabab beliau menangis.
Rasulullah Saw berkata pada Jibril tentang kecemasan beliau pada umat beliau.

Jibril lalu melaporkan pengaduan Rasulullah itu pada Allah. Allah menjawab

Sekarang, pergi serta jumpai Muhammad katakan kepadanya kalau Aku meridhainya untuk memberi syafaat pada umatnya serta Aku tidak akan berbuat jelek padanya. ” (HR. Muslim serta Ath-Thabari)
.

Wednesday, May 15, 2019

Enam Ayat Syifa Penyembuh Penyakit Dalam Al Quran

Enam Ayat Syifa obat Penyembuh Penyakit Dalam Al Quran

Menyembuhkan sebuah penyakit memakai ayat al-Qur’an atau biasa dikenal dengan ayat Syifa.

Imam Abu Qasim Qushairi RA. berkata: “Seorang di antara anakku jatuh sakit hingga dia hampir meninggal. Di waktu itu aku bermimpi bertemu Nabi Muhammad. Beliau bersabda: “Mengapa kamu tidak mengambil manfaat dari ayat-ayat Syifa’? Kenapa kamu tak mengamalkan ayat-ayat itu dan memohon (kepada Allah) agar disembuhkan?”

Imam Abu Qosim Qushairi RA pun terjaga dari tidurnya dan menemukan 6 ayat Syifa’ di dalam al-Qur’an.

Ayat Syifa’ Pertama

وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ

Wa yanshurkum `alayhim wa yasyfi shuduura qawmim-mu’miniin
Artinya:
“Dan (Allah ) akan melegakan hati orang-orang yang beriman” [QS. at-Taubah 9: 14]

Ayat Syifa’ Kedua

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Yaa ayyuhaan-naasu qad jaa atkum maw`izhatum mir-rabbikum wa syifaa-ul-limaa fish-shuduuri wa hudaw wa rahmatul-lil mu’miniin
Artinya:
“Hai Manusia, sesunguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Yunus 10: 57]

Ayat Syifa’ Ketiga

يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ

Yakhruju mim-buthuunihaa syaraabum-mukhtalifun alwaanuhu fiihi syifaa-ul-linnaas
Artinya:
“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” [QS. an-Nahl 16: 69]

Ayat Syifa’ Keempat

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Wa nunazzilu minal qur-aani maa huwa syifaa-uw warahmatul-lil mu’miniin
Artinya:
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Bani Israil (al-Israa) 17: 82]

Ayat Syifa’ Kelima

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

Wa idzaa maridhtu fahuwa yasyfiini
Artinya:
“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku” [Do’a Nabi Ibrahim dalam Surat Asy-Syu’raa’ 26:80]

Ayat Syifa’ Keenam

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

Qul huwa lilladziina aamanuu hudaw wasyifaa’uw-walladziina laa yu’minuun
Artinya:
“Dan katakanlah (wahai Muhammad ) bahwa (Qur’an) itu adalah petunjuk dan menyembuhkan bagi orang-orang yang beriman.” [QS. Fushshilat 41:44] [arrahmah.co.id]


Thursday, May 9, 2019

Cara Urutan Berbuka Puasa

URUTAN BERBUKA PUASA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN TERLEBIH DULU

1. Baca bismillah
2. Makan kurma 3 atau lebih (ganjil)
3. Minum
4. Lalu baca do'a di bawah ini
5. Setelah itu lanjutkan hajat
.

Ini bacaan do'anya :

١- اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

٢- ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تعالى

٣- أللهم يَا عَظِيْمُ يَا عَظِيْمُ
َ اِغْفِرِ الذَّنْبَ العَظِيْمَ فَاِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذَّنْبَ العَظِيْمَ إِلَّا العَظِيْم

1. Ya Alloh ...Hanya untuk-Mu lah aku berpuasa, kepada-Mu lah aku beriman, dengan rizqi dari-Mu lah aku berbuka. Dengan rahmat-Mu Ya Allah aku bisa melakukan ini semuanya. Wahai Dzat Maha Kasih
2. Telah hilang dahaga dan tenggorokan pun telah menjadi basah dan semoga pahala tetap diperoleh.
3. Ya Alloh, Wahai Dzat Yang Maha Agung 2x.
Ampunilah dosaku yang  besar.
Maka sesungguhnya tiada yang dapat  mengampuni dosa yang  besar kecuali Engkau (Allah) yang Maha Agung.


Wednesday, May 8, 2019

Menjawab Tudingan Kenduri Kematian dan Tahlilan bidah

Tudingan bidah sesat dari kelompok wahabi ditujukan bagi yg menjalankan kenduri (kenduri kematian) atau tahlilan.

Ibnu Qoyyim dalam bukunya "ar ruh" halaman 11 mengatakan, bahwa para sahabat Anshar punya kebiasaan jika ada kawan nya mati menjadi mayit, para shabat ini akan bergantian membacakan quran didepan (kuburan) mayyit itu, habis satu juz lalu gantian dengan lainnya.

Kenduri dikatakan budaya Hindu







Tahlilan dikatakan bidah

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا إِلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ حِينَ تُوُفِّيَ، قَالَ: فَلَمَّا صَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَسُوِّيَ عَلَيْهِ، سَبَّحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَبَّحْنَا طَوِيلًا، ثُمَّ كَبَّرَ فَكَبَّرْنَا، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَ سَبَّحْتَ؟ ثُمَّ كَبَّرْتَ؟ قَالَ: ” لَقَدْ تَضَايَقَ عَلَى هَذَا الْعَبْدِ الصَّالِحِ قَبْرُهُ حَتَّى فَرَّجَهُ اللهُ عَنْهُ “

“Jabir bin Abdillah berkata: “Pada suatu hari kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenuju sahabat Sa’ad bin Mu’adz ketika meninggal dunia. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenunaikan shalat jenazah kepadanya, ia diletakkan di pemakamannya, dan tanah diratakan di atasnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca tasbih. Kami pun membaca tasbih dalam waktu yang lama. Kemudian baginda membaca takbir, maka kami membaca takbir. Lalu baginda ditanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau membaca tasbih kemudian membaca takbir?” Baginda menjawab: “Kuburan hamba yang shaleh (Sa’ad bin Mu’adz) ini benar-benar menjadi sempit kepadanya, hingga Allah melapangkannya baginya.”

(HR Ahmad [14873], al-Hakim al-Tirmidzi dalam Nawadir al-Ushul  (hlm. 325), al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir (juz 6 hlm 13) dan al-Baihaqi dalam Itsbat ‘Adzab al-Qabr [113] dengan sanad yang hasan).


Sunday, May 5, 2019

Syarat Boleh atau Tidak Berpuasa Dibulan Ramadhan Bagi Musafir

Kesimpulan Hukum boleh BERBUKA (tak berpuasa) bagi Musafir (org yg melakukan perjalanan)..

Hal tersebut boleh dilakukan dgn bbrp syarat, diantaranya :

1. Perjalanannya 84 km atau lebih
2. Berniat mengerjakan Dispensasi Allah Swt saat berbuka (tak berpuasa), yaitu dia bermaksud saat makan atau minum, Syari'at telah memperbolehkannya utk melakukan hal tersebut di siang hari Ramadhan, jika ia tidak berniat, maka haram baginya.
3. Perjalanan harus mendahului puasanya, yaitu dgn kata lain ia bepergian sebelum fajar menyingsing (sblm adzan subuh), klo ia bepergian setelah adzan subuh, maka ia dilarang oleh syari'at utk berbuka walaupun dua syarat sblmnya terpenuhi, berbeda halnya dgn pendapat Imam Ahmad bin Hanbal yg juga dikemukakan oleh Imam Muzani seperti yg tertera dlm kitab Rahmatul Ummah.

Hukum boleh berbuka disiang hari Ramadhan, tidak berlaku bagi org yg hidupnya di perjalanan,  semisal : Sopir, Pilot, masinis dlsb, sbb hal tersebut bagi mereka akan dpt menggugurkan kewajiban berpuasa secara totalitas (dlm setahun penuh berada dlm perjalanan / berstatus musafir).
Lain halnya jika mereka yg hidupnya selalu di perjalanan ada niatan untuk meng qadla' (mengganti) puasanya di hari2 lainnya (diluar bln Ramadhan), maka boleh bagi mereka utk berbuka, spt yg di fatwakan oleh Imam Syarqawi, Sayyid Abubakar dan Syeikh Abdul Karim.

Dispensasi tersebut bersifatkan umum, apakah ia akan membatalkan puasanya dg makan, atau minum, merokok, bersetubuh dg istri dlsb, namun Imam Ahmad bin Hanbal mengemukakan : membatalkan puasa disiang hari ramadhan tdk diperkenankan dilakukan dg cara bersetubuh, maka kpn seorang musafir membatalkan puasanya dg bersenggama, maka diwajibkan dlm madzhab beliau untuk membayar Kaffarah (denda).

Wallahu A'lam bis Showab
Semoga bermanfaat
@habib Hud Alatas

Amalan Mohon Rejeki Dimalam Pertama Taraweh Ramadhan

Amalan Awal Ramadhan

Diantara Amalan Para 'Arifin (Wali Allah) pada awal malam bulan Ramadhan adalah membaca surat Al Fath

ينبغي في أول ليلة من شهر رمضان:
أن نصلي أربع ركعات نفلا مطلقا إما بتشهد واحد وسلام واحد أو كل ركعتين بذاتها ونقرأ في كل ركعة مقرأ (ربع) من سورة الفتح.

Dianjurkan pada malam pertama di bulan Ramadhan:
Sholat sunnah mutlaq empat rakaat, baik dengan satu tasyahhud dan satu salam atau salam setiap dua rakaat.

Kita baca pada setiap rakaat seperempat dari surat Al Fath. (Ayat 1-10, 11-17, 18-25, 26-khatam).

 وقد ورد في الحديث الذي رواه الإمام الخطيب الشربيني في كتابه التفسير في الكتاب المنير بإسناد إلى النبي صلى الله عليه وسلم
( أن من صلى في أول ليلة من رمضان أربع ركعات قرأ فيها سورة الفتح مر عامه كله في غنى وفي رواية مر عامه كله في خير)

Sebagaimana dalam satu Hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Khatib Asy Syarbiniy dalam kitabnya At Tafsir fil Kitabil Munir dengan sanad yang bersambung kepada Nabi SAW:
"Barangsiapa yang sholat (sunnah mutlaq) empat rakaat pada malam pertama di bulan Ramadhan, kemudian dia membaca surat Al Fath, dia (akan) lalui setahun penuh dalam kekayaan. Atau dalam riwayat lain dia lalui setahun penuh dalam kebaikan"

وفي تفسير القرطبي:
من قرأ سورة الفتح في أول ليلة من رمضان في صلاة التطوع حفظه الله ذلك العام.

Dan dalam Tafsir Al Imam Qurthubi:
"Barangsiapa yang membaca surat Al Fath dalam sholat sunnahnya pada malam pertama di bulan Ramadhan, maka ALLAH SWT mejaga dirinya pada tahun itu". Mari kita amalkan, karena kesempatan ini datang setahun sekali.

Ponpes lirboyo
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AMALAN PELUNAS HUTANG

 AMALAN PELUNAS HUTANG... (Amalan Ijazah Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas atau lebih dikenal dengan Habib Ali Bungur) Dalam kitab Al Qirthos...