Hajat mendesak membaca Ratib Al Athos 41 x
“FADHILAH RATIB AL – ATHTHAS”
Ratib Al-Aththas disusun oleh. Al-Habib Umar bin Abdul Rahman Al-Attas ( lahir Lisk-Inat-Hadramaut-Yaman,992H/ 1572M, wafat 23 Rabiulakhir 1072H/1652M ) Diberi nama “Azizul Manal Wa Fathu Babil Wishal” Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan.
Antara lain kelebihan ratib ini, ia menjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah tetangganya dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata: “Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang bekuda. Ratib ini mengandung rahsia-rahsia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampunkan Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.” Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, Insya-Allah diselamatkan Allah dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat al-Qur’an dan amalan Nabi Muhammad SAW.
Ratib Al-Habib Umar bin Abdurrahman ini mempunyai banyak nama. Antara lain:
Artinya : Sesuatu yang sukar diperolehi dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah. Nama inilah yang dipilih oleh Al-Habib Muhammad bin Salem Al-Aththas apabila menyusun Ratib Al-Habib Umar dalam bahasa Arab, Melayu dan Tamil.
Artinya : Benteng yang kokoh
Artinya : Belerang yang merah. Satu istilah bagi mentafsirkan sesuatu benda yang amat berharga yang sukar didapati pada sebarang waktu atau tempat.
Artinya : Saripati segala dzikir.
Artinya : Magnet rahasia-rahasia bagi mereka yang istiqamah mengamalkannya
Artinya : Penawar bagi racun yang mujarrab. Menurut kata Al-Habib Husein Al-Aththas, nama ini dinamakan oleh gurunya Al-Habib Ahmad bin Hasan menerangkan kelebihan Ratib Al-Habib Umar.
Atinya : Sumber pencapaian dan kunci pintu penghubung kepada Allah.
Nama ini hanya terdapat di dalam kitab Tajul A’ras yang disusun oleh Al-Habib Ali bin Husein al-Aththas.rhm
Ratib ini sehingga kini banyak dibaca di negara-negara seperti di Afrika termasuk Darussalam, Mombassa dan Afrika Selatan. Juga di Inggris, Burma (Myanmar), India dan negara-negara Arab. Di Afrika ia disebarkan oleh murid-murid Al-Habib Ahmad bin Hasan seperti Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad dan lain-lain. Di India, Kemboja dan Burma oleh Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Aththas. Sehingga sekarang kumpulan-kumpulan ratib Al-Habib Umar atau Zawiyah masih diamalkan di Rangoon dan di beberapa daerah di Burma. Tetapi mereka lebih terkenal di sana dengan Thariqah al-Aththasiyah.
Ratib ini telah lama sampai di Malaya, Singapura, Brunei dan Indonesia. Antara keterangan ratib ini yang diterbitkan dalam bahasa Melayu di Singapura adalah sebuah kitab kecil yang bernama Fathu Rabbin-Nas yang dikarang oleh Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein Al-Aththas. Tarikh selesai karangan ini adalah pada pagi Jum’at, 20 Jumadil Awal 1342 (20 Disember 1923). Ia diterbitkan C.H Kizar Muhammad Ain Company dan dicetak oleh Qalam Singapura.
Pada tahun 1939, Al-Habib Muhammad bin Salim Al-Aththas telah menerbitkan sebuah kitab yang bernama Miftahul Imdad yang dicetak di Matbaah Al-Huda di Pulau Penang. Kitab ini mengandung wirid-wirid datuk beliau Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas tetapi terdapat juga ratib Al-habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas di dalamnya.
Pengikut Al-Habib Muhammad bin Salem Al-Aththas, Al-Habib Hasan bin Ahmad Al-Aththas pada suatu masa dahulu telah mencetak Ratib Al-Aththas meneruskan percetakannya Mutaaba’ah Al-Aththas (Al-Aththas Press) yang pejabatnya terletak di Wadi Hasan, Johor Bahru, Malaysia. Percetakan ini di Johor pada kira-kira tahun 1927.
Waktu membaca Ratib Al-Attas :
Disebutkan di dalam kitab al-Qirtas: “Telah menjadi tradisi bagi para sesepuh kami, khususnya tradisi dari Al-Habib Husein bin Umar membaca Ratib Al-Aththas adalah setelah sholat Isya’. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib Husein beserta pengikutnya secara turun-temurun kecuali di bulan Ramadhan. Adapun di bulan Ramadhan bacaan ratib itu dibaca sebelum sholat Isya’. Tetapi bagi yang gemar berdzikir banyak yang membaca ratib al-Aththas ini di waktu pagi dan sore, sebab di antara kalimat-kalimat yang didzikirkan ada dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk membacanya di waktu pagi dan di waktu sore seperti tertera di dalam hadits-hadits Nabi SAW.
Dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan Al-Aththas di dalam kitab al-Qirtas bahwa Habib Umar suka membaca ratibnya secara rahsia tanpa suara, sebab beliau menginginkan bacaan ratibnya itu lebih berkesan di hati yang membacanya dan lebih ikhlas karena Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(Al A’raf: 205)
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. ( Luqman 19 )
Jika ratib al-Aththas ini dibaca secara berkelompok, maka hendaklah dibaca dengan suara yang tiada terlalu keras dan tiada terlalu pelan, sesuai dengan firman Allah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula selalu merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya”. (Al-Isra’: 110)
Ratib Habib Umar yang diberi nama Azizul Manal Wa Fathu Babil Wishal seperti dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan Al-Aththas di dalam kitab al-Qirtas bagian kedua juz pertama:
“Ratib Habib Umar merupakan hadiah yang tertinggi dari Allah bagi umat Islam lewat Habib Umar.”
Peninggalan beliau yang paling mahal hanyalah ratib yang beliau tinggalkan bagi umat ini. Ratib Habib Umar merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah bagi yang membacanya setiap waktu, terutama bagi yang sedang menghadapi kesulitan. Al-Habib Isa bin Muhammad Al-Habsyi mengatakan bahwa Habib Umar banyak sekali menyebutkan akan keutamaan ratib ini. Pernah disebutkan ketika ada sekelompok orang datang kepada Habib Umar mengeluh kesulitan pencarian dan lamanya musim kemarau yang menimpa kepada mereka selama beberapa waktu. Mereka diperintah membaca Ratib beliau dan dzikir Tauhid. Setelah mereka mengerjakannya, maka dengan berkat bacaan itu, Allah memberi keluasan hidup bagi mereka.
Menurut Syaikh Ali Baras, jika Ratib Habib Umar dibacakan bagi penduduk suatu desa atau bagi suatu keluarga, maka desa itu atau keluarga itu akan dipelihara oleh Allah dengan peliharaan yang amat ketat.
“FADHILAH RATIB AL – ATHTHAS”
Ratib Al-Aththas disusun oleh. Al-Habib Umar bin Abdul Rahman Al-Attas ( lahir Lisk-Inat-Hadramaut-Yaman,992H/ 1572M, wafat 23 Rabiulakhir 1072H/1652M ) Diberi nama “Azizul Manal Wa Fathu Babil Wishal” Anugerah nan Agung dan Pembuka Pintu Tujuan.
Antara lain kelebihan ratib ini, ia menjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah tetangganya dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata: “Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang bekuda. Ratib ini mengandung rahsia-rahsia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampunkan Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.” Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, Insya-Allah diselamatkan Allah dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat al-Qur’an dan amalan Nabi Muhammad SAW.
Ratib Al-Habib Umar bin Abdurrahman ini mempunyai banyak nama. Antara lain:
Artinya : Sesuatu yang sukar diperolehi dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah. Nama inilah yang dipilih oleh Al-Habib Muhammad bin Salem Al-Aththas apabila menyusun Ratib Al-Habib Umar dalam bahasa Arab, Melayu dan Tamil.
Artinya : Benteng yang kokoh
Artinya : Belerang yang merah. Satu istilah bagi mentafsirkan sesuatu benda yang amat berharga yang sukar didapati pada sebarang waktu atau tempat.
Artinya : Saripati segala dzikir.
Artinya : Magnet rahasia-rahasia bagi mereka yang istiqamah mengamalkannya
Artinya : Penawar bagi racun yang mujarrab. Menurut kata Al-Habib Husein Al-Aththas, nama ini dinamakan oleh gurunya Al-Habib Ahmad bin Hasan menerangkan kelebihan Ratib Al-Habib Umar.
Atinya : Sumber pencapaian dan kunci pintu penghubung kepada Allah.
Nama ini hanya terdapat di dalam kitab Tajul A’ras yang disusun oleh Al-Habib Ali bin Husein al-Aththas.rhm
Ratib ini sehingga kini banyak dibaca di negara-negara seperti di Afrika termasuk Darussalam, Mombassa dan Afrika Selatan. Juga di Inggris, Burma (Myanmar), India dan negara-negara Arab. Di Afrika ia disebarkan oleh murid-murid Al-Habib Ahmad bin Hasan seperti Al-Habib Ahmad Masyhur Al-Haddad dan lain-lain. Di India, Kemboja dan Burma oleh Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Aththas. Sehingga sekarang kumpulan-kumpulan ratib Al-Habib Umar atau Zawiyah masih diamalkan di Rangoon dan di beberapa daerah di Burma. Tetapi mereka lebih terkenal di sana dengan Thariqah al-Aththasiyah.
Ratib ini telah lama sampai di Malaya, Singapura, Brunei dan Indonesia. Antara keterangan ratib ini yang diterbitkan dalam bahasa Melayu di Singapura adalah sebuah kitab kecil yang bernama Fathu Rabbin-Nas yang dikarang oleh Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein Al-Aththas. Tarikh selesai karangan ini adalah pada pagi Jum’at, 20 Jumadil Awal 1342 (20 Disember 1923). Ia diterbitkan C.H Kizar Muhammad Ain Company dan dicetak oleh Qalam Singapura.
Pada tahun 1939, Al-Habib Muhammad bin Salim Al-Aththas telah menerbitkan sebuah kitab yang bernama Miftahul Imdad yang dicetak di Matbaah Al-Huda di Pulau Penang. Kitab ini mengandung wirid-wirid datuk beliau Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas tetapi terdapat juga ratib Al-habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas di dalamnya.
Pengikut Al-Habib Muhammad bin Salem Al-Aththas, Al-Habib Hasan bin Ahmad Al-Aththas pada suatu masa dahulu telah mencetak Ratib Al-Aththas meneruskan percetakannya Mutaaba’ah Al-Aththas (Al-Aththas Press) yang pejabatnya terletak di Wadi Hasan, Johor Bahru, Malaysia. Percetakan ini di Johor pada kira-kira tahun 1927.
Waktu membaca Ratib Al-Attas :
Disebutkan di dalam kitab al-Qirtas: “Telah menjadi tradisi bagi para sesepuh kami, khususnya tradisi dari Al-Habib Husein bin Umar membaca Ratib Al-Aththas adalah setelah sholat Isya’. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib Husein beserta pengikutnya secara turun-temurun kecuali di bulan Ramadhan. Adapun di bulan Ramadhan bacaan ratib itu dibaca sebelum sholat Isya’. Tetapi bagi yang gemar berdzikir banyak yang membaca ratib al-Aththas ini di waktu pagi dan sore, sebab di antara kalimat-kalimat yang didzikirkan ada dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk membacanya di waktu pagi dan di waktu sore seperti tertera di dalam hadits-hadits Nabi SAW.
Dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan Al-Aththas di dalam kitab al-Qirtas bahwa Habib Umar suka membaca ratibnya secara rahsia tanpa suara, sebab beliau menginginkan bacaan ratibnya itu lebih berkesan di hati yang membacanya dan lebih ikhlas karena Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(Al A’raf: 205)
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. ( Luqman 19 )
Jika ratib al-Aththas ini dibaca secara berkelompok, maka hendaklah dibaca dengan suara yang tiada terlalu keras dan tiada terlalu pelan, sesuai dengan firman Allah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula selalu merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya”. (Al-Isra’: 110)
Ratib Habib Umar yang diberi nama Azizul Manal Wa Fathu Babil Wishal seperti dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan Al-Aththas di dalam kitab al-Qirtas bagian kedua juz pertama:
“Ratib Habib Umar merupakan hadiah yang tertinggi dari Allah bagi umat Islam lewat Habib Umar.”
Peninggalan beliau yang paling mahal hanyalah ratib yang beliau tinggalkan bagi umat ini. Ratib Habib Umar merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah bagi yang membacanya setiap waktu, terutama bagi yang sedang menghadapi kesulitan. Al-Habib Isa bin Muhammad Al-Habsyi mengatakan bahwa Habib Umar banyak sekali menyebutkan akan keutamaan ratib ini. Pernah disebutkan ketika ada sekelompok orang datang kepada Habib Umar mengeluh kesulitan pencarian dan lamanya musim kemarau yang menimpa kepada mereka selama beberapa waktu. Mereka diperintah membaca Ratib beliau dan dzikir Tauhid. Setelah mereka mengerjakannya, maka dengan berkat bacaan itu, Allah memberi keluasan hidup bagi mereka.
Menurut Syaikh Ali Baras, jika Ratib Habib Umar dibacakan bagi penduduk suatu desa atau bagi suatu keluarga, maka desa itu atau keluarga itu akan dipelihara oleh Allah dengan peliharaan yang amat ketat.
Assalamualaikum.. mohon sudi mengijazah kan saya ratib Al Athos.. ke email saya, iwan75462@gmail.com trimakasi. Semoga bermanfaat dan rumah tangga sya jadi tentram, dan
ReplyDeleteAssalamualaikum mohon sudi ijazah untuk saya dan keluara ratib al athos (adisantos177@gmail.com)
ReplyDeleteassalamualaikum mohon izajah ratibul attos ke email. muhammadhamdari@gmail.com
ReplyDelete