Tudingan bidah sesat dari kelompok wahabi ditujukan bagi yg menjalankan kenduri (kenduri kematian) atau tahlilan.
Ibnu Qoyyim dalam bukunya "ar ruh" halaman 11 mengatakan, bahwa para sahabat Anshar punya kebiasaan jika ada kawan nya mati menjadi mayit, para shabat ini akan bergantian membacakan quran didepan (kuburan) mayyit itu, habis satu juz lalu gantian dengan lainnya.
Kenduri dikatakan budaya Hindu
Tahlilan dikatakan bidah
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا إِلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ حِينَ تُوُفِّيَ، قَالَ: فَلَمَّا صَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَسُوِّيَ عَلَيْهِ، سَبَّحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَبَّحْنَا طَوِيلًا، ثُمَّ كَبَّرَ فَكَبَّرْنَا، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَ سَبَّحْتَ؟ ثُمَّ كَبَّرْتَ؟ قَالَ: ” لَقَدْ تَضَايَقَ عَلَى هَذَا الْعَبْدِ الصَّالِحِ قَبْرُهُ حَتَّى فَرَّجَهُ اللهُ عَنْهُ “
“Jabir bin Abdillah berkata: “Pada suatu hari kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenuju sahabat Sa’ad bin Mu’adz ketika meninggal dunia. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenunaikan shalat jenazah kepadanya, ia diletakkan di pemakamannya, dan tanah diratakan di atasnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca tasbih. Kami pun membaca tasbih dalam waktu yang lama. Kemudian baginda membaca takbir, maka kami membaca takbir. Lalu baginda ditanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau membaca tasbih kemudian membaca takbir?” Baginda menjawab: “Kuburan hamba yang shaleh (Sa’ad bin Mu’adz) ini benar-benar menjadi sempit kepadanya, hingga Allah melapangkannya baginya.”
(HR Ahmad [14873], al-Hakim al-Tirmidzi dalam Nawadir al-Ushul (hlm. 325), al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir (juz 6 hlm 13) dan al-Baihaqi dalam Itsbat ‘Adzab al-Qabr [113] dengan sanad yang hasan).
Ibnu Qoyyim dalam bukunya "ar ruh" halaman 11 mengatakan, bahwa para sahabat Anshar punya kebiasaan jika ada kawan nya mati menjadi mayit, para shabat ini akan bergantian membacakan quran didepan (kuburan) mayyit itu, habis satu juz lalu gantian dengan lainnya.
Kenduri dikatakan budaya Hindu
Tahlilan dikatakan bidah
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا إِلَى سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ حِينَ تُوُفِّيَ، قَالَ: فَلَمَّا صَلَّى عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَسُوِّيَ عَلَيْهِ، سَبَّحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَبَّحْنَا طَوِيلًا، ثُمَّ كَبَّرَ فَكَبَّرْنَا، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَ سَبَّحْتَ؟ ثُمَّ كَبَّرْتَ؟ قَالَ: ” لَقَدْ تَضَايَقَ عَلَى هَذَا الْعَبْدِ الصَّالِحِ قَبْرُهُ حَتَّى فَرَّجَهُ اللهُ عَنْهُ “
“Jabir bin Abdillah berkata: “Pada suatu hari kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenuju sahabat Sa’ad bin Mu’adz ketika meninggal dunia. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenunaikan shalat jenazah kepadanya, ia diletakkan di pemakamannya, dan tanah diratakan di atasnya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca tasbih. Kami pun membaca tasbih dalam waktu yang lama. Kemudian baginda membaca takbir, maka kami membaca takbir. Lalu baginda ditanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau membaca tasbih kemudian membaca takbir?” Baginda menjawab: “Kuburan hamba yang shaleh (Sa’ad bin Mu’adz) ini benar-benar menjadi sempit kepadanya, hingga Allah melapangkannya baginya.”
(HR Ahmad [14873], al-Hakim al-Tirmidzi dalam Nawadir al-Ushul (hlm. 325), al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir (juz 6 hlm 13) dan al-Baihaqi dalam Itsbat ‘Adzab al-Qabr [113] dengan sanad yang hasan).
No comments:
Post a Comment