Tuesday, January 8, 2019

Review Pro-Con Pakai Dzikir Counter Mekanik dan Digitall

Review Pro-Con Pakai Dzikir Counter Mekanik dan Digitall

Alat ini sebetulnya sebuah device untuk menghitung dzikir dengan teknologi digitall. Bentuknya mungil dan diberikan ikat silikon untuk dikaitkan dijari telunjuk tangan. Jika diletakan dijari tangan dia tidak akan terjatuh dan nyaman dipakai sepanjang hari dari pagi hingga kemalam.

Alat hitung dzikir muslim sebetulnya ada beberapa jenis dipasaran. Selain cara kuno memakai jari-jari buku tangan, alat bantu dapat menaikan jumlah hitungan dzikir lebih mudah.

Jenis pertama tentu saja tasbih dengan biji-bijian tertentu misal batu alami atau dari kayu. Jenis ini paling populer dengan hitungan 33 atau 100 butir per tasbih. Dimasa lalu, dzikir memakai tali yang di ikat simpul sampai sekian ratus atau seribuan untuk berdzikir. Disebutkan. Imam Abu Hurairah memakai tasbih dari tali yang diberi simpul, dia bertasbih sampai 12 ribu kali sehari, dan 1000 x sebelum tidur.

Jenis kedua adalah alat dzikir counter mekanik. Sebetulnya jenis ini juga dipakai oleh kondektur dan masinis jaman baheula untuk menghitung jumlah penumpang. Lalu 20 tahun silam, petugas Polisi Lantas disaat hari raya mudik menghitung arus kendaraan melewati pos nya dengan memakai alat ini juga, gunanya dihitung agar kenaikan arus kendaraan dapat diprediksi dengan baik. Belakangan alat counter mekanik juga dipakai buat berdzikir.

Alat ini tersedia dalam bentuk plastik dan sejenis besi tipis, Jangan beli yang plastik jika memang target dzikirnya sampai ribuan per hari dan dilakukan rutin tanpa henti 7-0 dalam seminggu. Alat plastik dijamin akan jebol dan patah. Beli yang terbuat dari besi karena lebih awet. Besi memang lebih berat dan tebal, tapi masih masuk akal bobotnya ditelapak tangan.

Alat dzikir counter mekanik memang berguna untuk berdzikir dalam hitungan ribuan. Ada beberapa orang yang suka memberi target dalam sehari harus 5000 x berdzikir. Maka cara ini lebih enak pakai alat dzikir counter mekanik dibanding pakai tangan atau tasbih butiran.

Kelemahan alat dzikir counter mekanik adalah: suaranya lumayan berisik "cetak-cetuk". Ini tidak nyaman, apalagi jika ditengah suasana rapat serius. Menarik perhatian orang disekeliling dan riskan dituding dengan riya, atau teriakan meledek "Waah lu sekarang alim yaaa", atau apalah tudingan lainnya. Kelemahan lain, adalah jumlahnya hanya sampai 4 digit saja. Artinya gak bakalan bisa mencapai 10.000 x karena akan balik ke angka nol.

Alat dzikir mekanik enaknya dibawa kegiatan outdoor seperti camping, jalan jalan, atau naik sepeda motor. Dia anti air dan tidak takut kehujanan. Lalu tanpa battere membuatnya dapat dipakai seumur hidup tanpa perawatan sama sekali.

Jenis ketiga adalah alat dzikir digitall. Alat ini menyenangkan karena dia sangat senyap, silent, tanpa suara, karena itu alat ini bisa dilakukan diam-diam "sirr" tanpa ketahuan orang lain. Bentuknya mungil, mudah diselipkan dijari dan saku, sangat ringan. Jumlahnya juga sampai 5 digit angka. Para "penggemar dzikir" bisa asik melaju sampai hitungan diatas 50.000 x dzikir dan terus bablas sampai dia capek berhenti.

Kelemahan counter digital adalah dia pakai battere kancing. Jenis battere ini hanya dijual ditukang jam, dan tidak semua lokasi ada tukang jam. Lalu untuk pengguna sepeda motor, jenis ini rawan dengan air hujan. Artinya pakai ini sambil bawa motor dimusim hujan bakalan kesusahan kecuali dibungkus plastik. Sedikit merepotkan.

Kejelekan lain dari counter digitall adalah, dipasaran ada yang tidak pakai lampu LED sehingga jika malam hari gelap semua berdzikir kita gak akan tau sudah sampai mana hitungan tasbihnya. Atau tidak adanya fitur alarm BEEP untuk memberi tahu jumlah hitungan, misal setiap 1000x akan berbunyi BEEP memberi tahu pemakainya.

-----------





Kenapa harus memakai alat bantu dzikir tasbih,...  apakah jari tangan tidak cukup sesuai sunnah?

Ada beberapa alasan masuk akal kenapa user butuh alat bantu dzikir.

Dengan memakai alat maka user akan dibantu untuk mengejar target tiap hari. Katakan dalam sehari dia harus dzikir 5000 x, apa saja terserah, dilakukan 7-0 selama seminggu.
Memaksa diri dengan ini akan membentuk disiplin. Dan disiplin akan membuahkan sebuah habit atau kebiasaan. Jika sudah terbiasa maka akan dengan sendirinya akan meluncur perilaku berdzikir (karena sudah terbiasa).
Ini pola berurutan yg disusun dengan strategi yang baik untuk MEMAKSA diri sendiri. Tanpa paksaan, maka nonsense bisa disiplin, jika tidak disiplin maka omong kosong akan terbiasa.

Lalu, dengan memegang alat dzikir ditangan akan selalu mengingatkan pemakainya bahwa dia sedang berdzikir. Ini skenario alamiah dimana sambil kerja dan ngobrol dengan teman tiap hari, lalu selesai ngobrol mendadak lupa kalo dia berdzikir. Jika ditangannya ada alat ini maka dia secara refleks akan ingat bahwa dia berdzikir. Khususnya buar user yang sudah usia diatas 40 tahun keatas butuh strategi simple ini. Maklum tambah tua, sibuk bekerja ngobrol, maka lupa sama dzikirnya. Intinya ini adalah desain sebuah strategi sederhana untuk "membantu ingat" dan konsisten terus melakukan dzikir tanpa putus.

Manusia modern dimudahkan dengan memakai alat bantu dzikir. Dibanding menghitung pakai buku jari tangan yang akan sulit diingat tentu pakai alat bantu akan memudahkan.

Tidak semua orang alimnya seperti Abu Darda' yang mampu dzikir sampai 100.000 x memakai buku jari tangan saja. Kesibukan kerja ini itu dalam sehari rasanya akan sulit mengingat jumlah hitungan jari jika tanpa memakai alat modern.   **** hsgautama.blogspot.co.id

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

AMALAN PELUNAS HUTANG

 AMALAN PELUNAS HUTANG... (Amalan Ijazah Al-Habib Ali bin Husein Al-Attas atau lebih dikenal dengan Habib Ali Bungur) Dalam kitab Al Qirthos...