Macam-macam Lafal Hamdalah Menurut Para Ulama
.
Imam an-Nawawi dalam al-Adzkâr an-Nawâwî menyebutkan bahwa para ulama khurasan biasanya membaca hamdalah dengan kalimat majami’ alhmdu atau hamdalah yang agung, yaitu:
.
الْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
.
Alhamdulillâhi hamdan yuwâfî ni’amahu wa yukâfiu mazîdah
.
Artinya: “Segala puji bagi Allah dengan Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan mencakup tambahannya.” (Imam an-Nawawi, al-Adzkâr an-Nâwâwî, [Beirut: Dâr Kutub Islamiyah, 2004 M], j. 1, h. 174.)
.
Para ulama lain, menurut an-Nawawi juga membaca lafal berikut:
.
لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
.
Lâ uhsi tsanâ’an ‘alaika kamâ atsnaita ‘alâ nafsik.
.
Artinya: “Aku tidak bisa menghitung pujian kepadamu sebagaimana engkau memuji dirimu sendiri.” (Imam an-Nawawi, al-Adzkâr an-Nâwâwî, [Beirut: Dâr Kutub Islamiyah, 2004 M], j. 1, h. 174.)
.
Selain itu, beberapa ulama juga menambahkan kata “subhanaka” di awal dan kata “fa laka alhamdu ḥatta tardho” di akhir kalimat tersebut.
.
سُبْحَانَكَ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ اْلحَمْدُ حَتَّي تَرْضَى
.
Subhânaka Lâ uhsi tsanâ’an ‘alaika kamâ atsnaita ‘alâ nafsik fa laka-l-hamdu hattâ tardlâ.
.
Artinya, “Maha Suci Engkau yang aku tidak bisa menghitung pujian kepadamu sebagaimana engkau memuji dirimu sendiri, maka untukmu segala puji hingga engkau ridha.” (Imam an-Nawawi, al-Adzkâr an-Nâwâwî, [Beirut: Dâr Kutub Islamiyah, 2004 M], j. 1, h. 174.)
.
(Muhammad Alvin Nur Choironi)
.
Imam an-Nawawi dalam al-Adzkâr an-Nawâwî menyebutkan bahwa para ulama khurasan biasanya membaca hamdalah dengan kalimat majami’ alhmdu atau hamdalah yang agung, yaitu:
.
الْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
.
Alhamdulillâhi hamdan yuwâfî ni’amahu wa yukâfiu mazîdah
.
Artinya: “Segala puji bagi Allah dengan Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmat-Nya dan mencakup tambahannya.” (Imam an-Nawawi, al-Adzkâr an-Nâwâwî, [Beirut: Dâr Kutub Islamiyah, 2004 M], j. 1, h. 174.)
.
Para ulama lain, menurut an-Nawawi juga membaca lafal berikut:
.
لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
.
Lâ uhsi tsanâ’an ‘alaika kamâ atsnaita ‘alâ nafsik.
.
Artinya: “Aku tidak bisa menghitung pujian kepadamu sebagaimana engkau memuji dirimu sendiri.” (Imam an-Nawawi, al-Adzkâr an-Nâwâwî, [Beirut: Dâr Kutub Islamiyah, 2004 M], j. 1, h. 174.)
.
Selain itu, beberapa ulama juga menambahkan kata “subhanaka” di awal dan kata “fa laka alhamdu ḥatta tardho” di akhir kalimat tersebut.
.
سُبْحَانَكَ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ فَلَكَ اْلحَمْدُ حَتَّي تَرْضَى
.
Subhânaka Lâ uhsi tsanâ’an ‘alaika kamâ atsnaita ‘alâ nafsik fa laka-l-hamdu hattâ tardlâ.
.
Artinya, “Maha Suci Engkau yang aku tidak bisa menghitung pujian kepadamu sebagaimana engkau memuji dirimu sendiri, maka untukmu segala puji hingga engkau ridha.” (Imam an-Nawawi, al-Adzkâr an-Nâwâwî, [Beirut: Dâr Kutub Islamiyah, 2004 M], j. 1, h. 174.)
.
(Muhammad Alvin Nur Choironi)
No comments:
Post a Comment