Shalat Istikharah adalah shalat sunnah dua rekaat yang dikerjakan mana kala seseorang menemui persoalan atau merasa bimbang terhadap beberapa pilihan, mana yang baik dan mana yang tidak.
Adapun persoalan yang sudah diketahui kebaikannya, seperti masalah ibadah dan masalah yang jelas diperintahkan atau dilarang Allah dan Rasulullah saw, maka tidak perlu dimintakan petunjuknya melalui shalat istikharah ini. Ringkas kata, yang perlu dimintakan petunjuknya melalui shalat istikharah adalah persoalan yang tidak menyangkut masalah perintah dan larangan agama.
Shalat istikharah boleh dilakukan berulang kali, lebih dari sekali, sampai memperoleh petunjuk yang dikehendaki. Surat yang dibaca pada rekaat pertama setelah surat al-Fatihah adalah surat al-Kafirun, dan rekaat kedua surat al-Ikhlash.
Doa yang dibaca setelah shalat istikharah :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ, إنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَ قْدِرُ, وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ, وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنّ هَذَا الأَمْرَ .......... خَيْرٌ لِى فِى دِيْنِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وِيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيْهِ. وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَ مْرَ شَرٌّ لِى فِى دِيْنِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فاَصْرِفْهُ عَنِّى فَاقْدُرْهُ لِىَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِى بِهِ
Alloohumma innii astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratika, wa as-aluka bifadhlikal-’azhiimi. Innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub. Alloohumma inkunta ta’lamu anna haadzal amra ...
(sebutkan apa hajat, persoalan, dan problem Anda yang perlu dipecahkan) ...
khairun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, faqdur-hu lii wa yassir-hu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa inkunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, fashrif-hu ‘annii, waqdur liyal khaira haitsu kaana, tsumma radh-dhinii bihi.
Artinya: “Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu pilihan berda-sarkan Ilmu Pengetahuan-Mu, aku mohon kepada-Mu keputusan dengan kekuasaan-Mu, dan aku mohon sebagian karunia-Mu yang agung. Karena Engkau kuasa dan aku tidak kuasa, Engkau tahu dan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Ya Allah! Jika Engkau tahu, bahwa persoal-anku ini, yaitu... (sebutkan apa persoalan dan problem Anda)... adalah baik bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku dan akibat dari urusanku, maka takdirkanlah (putuskan) ia untukku dan mudahkanlah ia untukku, kemudian berkahilah aku didalamnya. Jika Engkau tahu, bahwa persoalanku tersebut buruk (tidak baik) bagiku dalam agamaku, penghidupanku dan akibat urusanku itu, maka palingkanlah ia dariku, jauhkan aku darinya, dan takdirkanlah yang baik untukku dimana pun ia berada, kemudian jadikanlah aku ridha meneri-manya”. (HR Al-Bukhari).
Adapun persoalan yang sudah diketahui kebaikannya, seperti masalah ibadah dan masalah yang jelas diperintahkan atau dilarang Allah dan Rasulullah saw, maka tidak perlu dimintakan petunjuknya melalui shalat istikharah ini. Ringkas kata, yang perlu dimintakan petunjuknya melalui shalat istikharah adalah persoalan yang tidak menyangkut masalah perintah dan larangan agama.
Shalat istikharah boleh dilakukan berulang kali, lebih dari sekali, sampai memperoleh petunjuk yang dikehendaki. Surat yang dibaca pada rekaat pertama setelah surat al-Fatihah adalah surat al-Kafirun, dan rekaat kedua surat al-Ikhlash.
Doa yang dibaca setelah shalat istikharah :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ, إنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَ قْدِرُ, وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ, وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنّ هَذَا الأَمْرَ .......... خَيْرٌ لِى فِى دِيْنِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وِيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيْهِ. وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَ مْرَ شَرٌّ لِى فِى دِيْنِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فاَصْرِفْهُ عَنِّى فَاقْدُرْهُ لِىَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِى بِهِ
Alloohumma innii astakhiiruka bi’ilmika, wa astaqdiruka biqudratika, wa as-aluka bifadhlikal-’azhiimi. Innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyuub. Alloohumma inkunta ta’lamu anna haadzal amra ...
(sebutkan apa hajat, persoalan, dan problem Anda yang perlu dipecahkan) ...
khairun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, faqdur-hu lii wa yassir-hu lii, tsumma baarik lii fiihi. Wa inkunta ta’lamu anna haadzal amra syarrun lii fii diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii, fashrif-hu ‘annii, waqdur liyal khaira haitsu kaana, tsumma radh-dhinii bihi.
Artinya: “Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu pilihan berda-sarkan Ilmu Pengetahuan-Mu, aku mohon kepada-Mu keputusan dengan kekuasaan-Mu, dan aku mohon sebagian karunia-Mu yang agung. Karena Engkau kuasa dan aku tidak kuasa, Engkau tahu dan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Ya Allah! Jika Engkau tahu, bahwa persoal-anku ini, yaitu... (sebutkan apa persoalan dan problem Anda)... adalah baik bagiku dalam urusan agamaku, penghidupanku dan akibat dari urusanku, maka takdirkanlah (putuskan) ia untukku dan mudahkanlah ia untukku, kemudian berkahilah aku didalamnya. Jika Engkau tahu, bahwa persoalanku tersebut buruk (tidak baik) bagiku dalam agamaku, penghidupanku dan akibat urusanku itu, maka palingkanlah ia dariku, jauhkan aku darinya, dan takdirkanlah yang baik untukku dimana pun ia berada, kemudian jadikanlah aku ridha meneri-manya”. (HR Al-Bukhari).
No comments:
Post a Comment